Jumat, 30 November 2012

KEPRIBADIAN GURU


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Salah satu penyebab rendahnya moral/ahlak generasi saat ini adalah  rendahnya moral para guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat berorientasi pada perolehan angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan.

Setiap orang yang pernah sekolah, pastilah berhubungan dengan guru dan mempunyai gambaran tentang kepribadian guru. Walaupun gambaran tentang guru tidak lengkap dan mungkin tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru.
Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi jenius. Melalui sepuhannyalah, lahir generasi-generasi unggul. Maka dari itu, didalam makalah ini akan dibahas tentang kepribadian guru.

B.     Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan guru dan kepribadian guru ?
2.    Bagaimana perkembangan kepribadian guru ?
3.    Apa saja ciri-ciri stereotip guru ?
4.    Bagaimana ketegangan dalam profesi keguruan ?

C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian guru dan kepribadian guru
2.    Untuk mengetahui perkembangan kepribadian guru
3.    Untuk mengetahui ciri-ciri stereotip guru
4.    Untuk mengetahui ketegangan dalam profesi keguruan




























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Guru dan Kepribadian Guru
1. Pengertian Guru
Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person Occupation is Teaching Other" artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Sedangkan arti secara umumnya, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

2. Kepribadian Guru
Ada beberapa pengertian kepribadian menurut ahli sosiologi, diantaranya:
a) Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.
b) Menurut Schever Dan Lamm (1998)
Kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
Seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.
Guru hendaknya memiliki kepribadian, yaitu diantaranya
1.    Kepribadian yang mantap dan stabil
2.    Kepribadian berakhlak mulia
3.    Kepribadian yang dewasa
4.    Kepribadian yang arif
5.    Kepribadian yang berwibawa

Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan.
Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Dalam menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan muridnya. Djamarah dalam bukunya “Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif” menggambarkan bahwa: Guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan”.
Kemuliaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya. Guru tidak akan merasa lelah dan tidak mungkin mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka menggunjing, menyuap, malas, marah-marah dan berlaku kasar terhadap orang lain, apalagi terhadap anak didiknya.

B.     Perkembangan Kepribadian Guru
Kepribadian sesungguhnya adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan atau masalah.
Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
1.      Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menetukan diri fisik primer (warna mata, kulit) selain itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penyesuaian diri.

2.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/budaya seperti teman, guru, dan lain-lain. Dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.

3.      Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan aku/diriku dalam diri seseorang.

Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari kepribadian. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Jika tingkah laku atau akhlak guru tidak baik, maka umunya akhak-akhlak anak didik akan rusak, karena anak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan contoh yang selama ini didapatnya di rumah dari orang tuanya.

Menurut Athiyah Al-Abrosy (dalam  Slamet yusuf : 42) bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya dimiliki seorang guru:
  1. Hubungan guru dengan murid harus baik.
  2. Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka.
  3. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid.
  4. Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.
  5. Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya.
  6. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan.
  7. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.
  8. Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.
  9. Guru harus punya niat yang tetap.
  10. Guru harus sehat jasmaninya.
  11. Guru harus punya pribadi yang mantap.
Dalam situasi kelas, guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai anaknya. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya, maka guru di dewasakan atau di tuakan, sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi orang tua.
Dalam menjalankan peranannya sebagai guru, ia lambat laun membentuk kepribadiannya. Ia diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia bereaksi sebagai guru pula. Jadi ia menjadi guru karena diperlakukan dan belaku sebagai guru.

C.    Ciri-Ciri Stereotip Guru
Stereotip guru adalah hal-hal yang sering dilakukan oleh para guru. Stereotip juga bisa diartikan sebagai sifat kepribadian. Yang berkembang dimasyarakat adalah adanya suatu anggapan bahwa yang stereotip selalu dianggap benar, sedangkan yang diluar stereotip dianggap salah.
Ciri-ciri stereotip guru, yaitu:
1.    Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
Ia cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda karenanya ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau cara orang lain memecahkan masalah.
2.    Guru pandai menahan diri
Ia selalu hati-hati dan tidak mudah menceburkan diri dalam pergaulan dengan orang lain.
3.    Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain
Karena kecenderungan guru bergaul dengan orang lain, maka orang lainpun sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.    Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
Maka dari itu ia berfikir, baginya guru itu orang yang terhormat dan karena itu sebagai guru harus berprilaku sesuai dengan kedudukan itu.
5.    Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi
Ia sebagai guru merasa orang yang serba tahu dalam kelas, sehingga dengan merasa sebagai orang yang serba tahu ia akan akan memperlihatkan sikapnya itu di luar kelas.
6.    Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru
Seseorang yang memasuki lembaga pendidikan guru, tidak sepenuhnya didorong dari hati, melainkan sering karena pilhan lain tertutup, ataupun berkat dorongan dari orang tua.
7.    Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8.    Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan
Ciri-ciri guru diatas tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun orang akan mempunyai suatu bayangan tertentu tentang pribadi guru pada umumnya, orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan gambaran apa adanya.

Matsumoto (1996) menunjukkan bahwa kita dapat belajar untuk mengurangi stereotip yang kita miliki dengan mengakui tiga poin kunci mengenai stereotip, yaitu:
a.       Stereotip didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain, bukan dari sumbernya langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta.
b.      Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi.
c.       Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut. Generalisasi mengenai sebuah kelompok mungkin memang menerangkan atau sesuai dengan banyak individu dalam kelompok tersebut.

D.     Ketegangan dalam Profesi Keguruan
Setiap pekerjaan mengandung aspek-aspek yang dapat menimbulkan ketegangan. Ketegangan itu, tidak hanya ditentukan oleh sifat pekerjaan itu, akan tetapi juga bergantung pada orang yang melakukannya. Ketegangan timbul, sebagai akibat hambatan untuk mencari kepuasan yang dicari individu dari kedudukannya. Karena sesungguhnya setiap orang ingin mencari kepuasan dalam pekerjaannya
Sifat ketegangan itu bergantung pada apa yang ingin dicapai seseorang dalam pekerjaannya. Kepuasan yang dicari oleh setiap individu berbeda-beda. Pekerjaan yang dapat memberi kepuasan kepada sesorang belum tentu akan memberi kepuasan kepada orang lain. Apa yang menimbulkan ketegangan bagi seseorang mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap orang lain.
Walaupun tugas yang mulia sebagai guru, akan tetapi tidak selalu memberi kepuasan yang dicari orang dalam jabatannya. Sebetulnya, apa  yang diharapkan seorang guru dari jabatannya?
Yang diharapkan oleh seorang guru dari jabatannya, antara lain:
1.    Keuntungan ekonomis, imbalan, finansial, gaji atau uang.
Gaji pekerja atau pegawai pada umumnya tidak tinggi dibandingkan dengan gaji orang di negara-negara yang maju. Secara finansial, jabatan guru tidak akan membuat seorang jadi kaya.
Guru-guru pada umumnya tidak begitu melibatkan diri dalam usaha mencari uang, namun menginginkan adanya jaminan ekonomis,  agar dapat menutupi biaya kehidupan sehari-hari menurut keperluannya.
Gaji yang tinggi memberi kesempatan untuk menabung, mendirikan rumah, membiaya pendidikan anak, dan sebagainya.
Untuk mencari jaminan ini, guru atau anggota keluarganya sering terpaksa mencari sumber-sumber finansial lainnya. Jadi aspek finansial dapat menimbulkan ketegangan dikalangan guru.
2.    Status atau kedudukan yang terhormat didalam masyarakat
Guru tidak mempunyai gambaran yang jelas mengenai statusnya di tengah-tengah jabatan lain.
Guru banyak berasal dari golongan rendah atau menengah rendah, dan memandang jabatan sebagai guru sebagai jabatan untuk mendapatkan status yang lebih tinggi. Status guru yang tidak begitu tinggi dalam mata masyarakat dan status yang tidak jelas bagi guru sendiri, mungkin akan mengecewakan dan dapat mengganggu kesetabilan kepribadiannya. Status guru yang tidak jelas ini, dapat menjadi sumber ketegangan bagi orang yang mencari kenaikan statusnya melalui jabatannya.
3.    Otoritas, kewibaan, kekuasaan atas orang lain (peserta didik)
Sumber ketegangan lain bagi gurru adalah otoritas guru untuk menghukum atau memberi penghargaan kepada siswanya.
Tidak selalu sama pendapat masyarakat apa yang harus dihargai atau dihukum, sehingga menimbulkan ketegangan. Misalnya, jika melihat ada anak yang merokok, kemudian guru menghukumnya. Sebagian orang tua ada yang menganggap hukuman itu terlalu keras atau tidak pada tempatnya, sebaliknya ada juga orang tua yang menginginkan agar anaknya diberi hukuman yang keras atas perlakuannya. Demikianlah guru berada pada titik silang berbagai harapan dan tuntutan yakni dari pihak orang tua dan masyarakat, dari pihak kepala sekolah dan atasannya. Guru diharapkan agar mematuhi berbagai tuntutan dan berusaha melayani permintaan berbagai pihak yang mungkin saling bertentangan sehingga dapat menimbulkan ketegangan pada guru.
4.    Status Profesional
5.    Tanggung jawab (pekerjaan) guru di dalam kelas
Di dalam kelas guru diuji kemampuannya, kesanggupannya untuk mengatur proses belajar mengajar, gangguan disiplin, kenakalan, kemalasan, ketidak mampuan anak dalam belajar dapat menjadi sumber ketegangan dan frustasi bagi guru.
Dirasakan ada dan tidaknya ketegangan, bergantung kepada kepuasan yang dicari seorang guru dalam profesinya. Keberhasilan guru dalam membantu anak dalam pelajarnnya akan memberi kepuasan bagi guru yang menjunjung tinggi profesi kegurannya dan kurang menghiraukan penghargaan finansial yang diperolehnya.
























BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu pesroalan.
Ciri-ciri stereotip guru, yaitu:
1.    Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
2.    Guru pandai menahan diri
3.    Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain
4.    Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
5.    Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi
6.    Guru pada umumnya tidak di dorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru
7.    Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8.    Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan
B. Saran
Sebagai seorang pendidik, harus mampu menjalankan tugas dan kewajibannya terhadap peserta didik. Sosok pribadi seorang guru, harus menjadi contoh bagi para peserta didiknya.






DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Hary. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Umar Fakhrudin, Asep. 2009. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar