A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam pendekatan system,
pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang
tidak dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling
mendukung. Kom[onen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 77)
pembelajaran sebagai suatu system artinya suatu keseluruhan dari
komponen-komponen yang berinteraksi dan berinteralisasi antara satu sama lain
dan dengan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan penbelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu komponen-komponen proses
pembelajaran adalah adanya peserta didik. Dari sini dapat timbul pertanyaan siapakah peserta
didik, bagaimana karakter peserta didik, kebutuhan dan factor peserta didiik
dalam proses belajar.
B.
PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Peserta didik menurut pasal 1 butir
4 undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2007: 1077) peserta didik atau siswa adalah murid (pada
tingkat Sekolah Dasar dan Menengah).[1]
Menurut Sardiman, Siswa atau anak
didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam
proses belajar mengajar.[2]
Menurut Oemar Hamalik, siswa atau
murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping factor guru,
tujuan, dan metode pengajaran.[3]
Peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian
dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah
seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik
dari segi fisik dan mental maupun fikiran.[4]
Jadi, pesereta didik adalah komponen
yang terdapat pada proses belajar mengajar yang memerlukan bimbingan dan
arahan.
Sebagai salah satu komponen maka
dapat di katakana bahwa murid adalah komponen terpenting diantara komponen
lainnya. Pada dasarnya ia adalah penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa
adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.[5]
C.
KARAKTERISTIK SISWA
Karakteristik siswa adalah
keseluruhan keseluruhan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil
pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam
meraih cita-citanya. Dengan demikian, penentu tujuan belajar itu sebenarnya
harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik itu sendiri.
Menurut Sardiman, karakteristik
siswa ada 3 hal yang perlu diperhatikan:[6]
1. Karakteristik atau keadaan yang
berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti
kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, dan mengucapkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek psikomotor.
2. Karakteristik yang berhubungan
dengan latar belakang dan status sosial (social cultural).
3. Karakteristik yang berkenaan dengan
perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, dan minat.
Menurut Sardiman karakteristik siswa
yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain:
a. Latar belakang pengetahuan dan taraf
pengetahuan.
b. Gaya belajar.
c. Usia kronologi.
d. Tingkat kematangan.
e. Spectrum dan ruang lingkup minat.
f. Lingkungna sosial ekonomi.
g. Hambatan-hambatan lingkungan dan
kebudayaan.
h. Intelegensia.
i.
Kelarasan.
j.
Prestasi belajar.
k. Motivasi.
D.
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Kebutuhan peserta didik adalah
sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh peserta didik untuk mendapat
kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan
oleh pendidik kepada peserta didiknya. Menurut
buku yang ditulis oleh Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang
harus dipenuhi, yaitu :
1.
Kebutuhan Fisik
Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses
pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan :
1.
peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini peserta
didik masih mengalami masa kanak-kanak
2.
peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini biasanya
peserta didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan
pendidikan formal
3.
peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini peserta
didik mulai mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.
Pada masa perkembangan ini lah seorang pendidik perlu memperhatikan perubahan
dan perkembangan seorang didik. Karena pada usia ini seorang peserta didik
mengalami masa yang penuh dengan pengalaman (terutama pada masa pubertas) yang
secara tidak langsung akan membentuk kepribadian peserta didik itu sendiri.
2.
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang berhubungan lansung dengan masyarakat
agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti
yang diterima teman-temannya secara wajar. Begitu juga supaya dapat diterima
oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan
pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik dapat memperoleh
posisi dan berprestasi dalam pendidikan
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sosial adalah digunakan untuk
memberi pengakuan pada seorang peserta didik yang pada hakekatnya adalah
seorang individu yang ingin diterima eksistensi atau keberadaannya dalam
lingkungan masyarakat sesuai dengan keberadaan dirinya itu sendiri.
3. Kebutuhan Untuk Mendapatkan Status
Kebutuhan mendapatkan status adalah suatu yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk mendapatkan tempat dalam suatu lingkungan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh
peserta didik terutama pada masa pubertas dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap
kemandirian, identitas serta menumbuhkan rasa kebanggaan diri dalam lingkungan
masyarakat.
Dalam proses memperoleh kebutuhan ini biasanya seorang peserta didik ingin
menjadi orang yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang
benar-benar berguna dan dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah
lingkungan masyarakat.
4.
Kebutuhan Mandiri
Ketika seorang peserta didik telah
melewati masa anak dan memasuki masa keremajaan, maka seorang peserta perlu
mendapat sikap pendidik yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
membentuk kepribadian berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan karena ketika
peserta telah menjadi seorang remaja, dia akan memiliki ambisi atau cita-cita
yang mulai ditampakkan dan terfikir oleh peserta didik, inilah yang akan
menuntun peserta didik untuk dapat memilih langkah yang dipilih. Kebutuhan
mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk menghindarkan sifat
pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa tidak puas akan
kepercayaan dari orang tua atau pendidik, karena ketika seorang peserta didik
terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat daya kreatifitas dan
kepercayaan diri untuk berkembang.
5.
Kebutuhan Untuk Berprestasi
Untuk mendapatkan kebutuhan ini maka
peserta didik harus mampu mendapatkan kebutuhan mendapatkan status dan
kebutuhan mandiri terlebih dahulu. Karena kedua hal tersebut sangat erat
kaitannya dengan kebutuhan berprestasi. Ketika peserta didik telah mendapatkan
kedua kebutuhan tersebut, maka secara langsung peserta didik akan mampu
mendapatkan rasa kepercayaan diri dan kemandirian, kedua hal ini lah yang akan
menuntutnun langkah peserta didik untuk mendapatkan prestasi.
6.
Kebutuhan Ingin Disayangi dan
Dicintai
Kebutuhan ini tergolong sangat
penting bagi peserta didik, karena kebutuhan ini sangatlah berpengaruh akan
pembentukan mental dan prestasi dari seorang peserta didik. Dalam sebuah
penelitian membuktikan bahwa sikap kasih sayang dari orang tua akan sangat
memberikan mitivasi kepada peserta didik untuk mendapatkan prestasi,
dibandingkan dengan dengan sikap yang kaku dan pasif malah akan menghambat
proses pertumbuhan dan perkembangan sikap mental peserta didik.
7.
Kebutuhan Untuk Curhat
Ktika seorang peserta didik
menghadapi masa pubertas, mereka seorang peserta didik tersebut tengah mulai
mendapatkan problema-probelama keremajaan. Kebutuhan untuk curhat biasanya
ditujukan untuk mengurangi beban masalah yang dia hadapi. Pada hakekatnya
ketika seorang yang tengah menglami masa pubertas membutuhkan seorang yang
dapat diajak berbagi atau curhat. Tindakan ini akan membuat seorang peserta
didik merasa bahwa apa yang dia rasakan dapat dirasakan oleh orang lain.
8.
Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafat Hidup
Pada hakekatnya seetiap manusia
telah memiliki filsafat walaupun terkadang ia tidak menyadarinya. Begitu juga
dengan peserta didik ia memiliki ide, keindahan, pemikiran, kehidupan, tuhan,
rasa benar, salah, berani, takut. Perasaan itulah yang dimaksud dengan filsafat
hidup yang dimiliki manusia.
Karena terkadang seorang peseta didik tidak menyadari akan adanya ikatan
filsafat pada dirinya, maka terkadang seorang peserta didik tidak menyadari
bagaimana dia bisa mendapatkannya dan bagaimana caranya. Filsafat hidup sangat
erat kaitannya dengan agama, karena agama lah yang akan membimbing manuasia
untuk mendapatkan dan mengetahui apa sebenarnya tujuan dari filsafat hidup.
Sehingga tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama.
E.
FAKTOR ANAK DIDIK DALAM KEGIATAN
PENDIDIKAN
Secara global factor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni[7]:
1. Faktor internal
Faktor internal (factor dari dalam
siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang
berasal dari siswa meliputi dua aspek yaitu:
a. Aspek fisiologis (yang bersifat
jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan indra pendengar dan indra penglihat, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya disajikan
dikelas.
b. Aspek psikologis (yang bersifat
rohaniah)
Factor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar siswa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan atau intelegensi
siswa pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikofisik sebagai rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.[8]
Jadi intelegeni bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi
(IQ) sisiwa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cra
yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secarra
positif ataupun negative. Sikap siswa yang positif terhadap suatu mata
pelajaran merupakan petanda awal yang baik bagin proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya sikap negative terhadap suatu mata pelajaran dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa.
3) Bakat siswa
Secara umun bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
akan datang.[9]
Dengan demikian sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu.
4) Minat siswa
Minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5) Motivasi sisiwa
Motivasi adalah keadaan iternal
orgaanisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: (1) motivasi intrinsik ( hal
dan keadaaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar). (2) motivasi ekstrinsik ( hal dan keadaaan yang
datang dari luar individu yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar).[10]
2. Factor eksternal
Factor eksternal siswa terdiri atas
2 macam yakni:
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1) Lingkungan sosial sekolah seperti
para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
2) Lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan
siswa tersebut.
b. Lingkungan Nonsosial
Factor yang termasuk lingkungan
nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, damn waktu belajar yang digunakan
siswa.
3. Factor pendekatan belajar
Disamping factor internal dan
eksternal siswa, factor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
F.
KESIMPULAN
1.
Peserta
didik adalah adalah
komponen yang terdapat pada proses belajar mengajar yang memerlukan bimbingan
dan arahan.
2.
Karakter peserta didik dapat mempengaruhi proses
pembelajaran.
3.
Kebutuhan
peserta didik diantaranya : kebutuhan fisik, sosial, mendapatkan status,
mandiri, berprestasi, dicintai dan disayangi, untuk curhat dan memiliki
filsafat hidup.
4.
Factor
yang mempengaruhi belajar siswa ada tiga, yaitu: factor internal, eksternal dan
pendekatan belajar
Daftar Pustaka
Tim Redaksi, 2007, KBBI, Jakarta
: Balai Pustaka
Sardiman A. M,
2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press
Hamalik, Oemar, 2011, Proses Belajar Mengajar, Jakarta :
Bumi Aksara
Muhibinsyah, 2010, Psikologi Pendidikan, edisi revisi,
Bandung:rosda karya
[1] Tim Penyusun
KBBI,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke-3, hlm 1077
[2] Sardiman,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
2007), hlm 111
[3] Oemar Hamalik,
Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet ke 13, hlm
99
[5]Oemar Hamalik.
Op.cit, hlm 100
[6]
Sardiman,
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Gravindo
Persada, 2007), hlm 120
[7] Muhibinsyah, psikologi
pendidikan, edisi revisi (bandung: rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm 129
[8] Reber, 1988
dalam Muhibinsyah, psikologi pendidikan, edisi revisi (bandung:
rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm 131
[9]
Chaplin, 1972; reber 1988, dalam Muhibinsyah, psikologi pendidikan,
edisi revisi (bandung: rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm 133
[10]
Muhibinsyah, psikologi pendidikan, edisi revisi (bandung: rosdakarya,
2010), cet ke-3, hlm 134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar