Selasa, 07 Mei 2013

PESERTA DIDIK



A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam pendekatan system, pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Kom[onen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik  (2001: 77) pembelajaran sebagai suatu system artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinteralisasi antara satu sama lain dan dengan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan penbelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Salah satu komponen-komponen proses pembelajaran adalah adanya peserta didik. Dari sini  dapat timbul pertanyaan siapakah peserta didik, bagaimana karakter peserta didik, kebutuhan dan factor peserta didiik dalam proses belajar.  
  
B.     PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah anggota masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1077) peserta didik atau siswa adalah murid (pada tingkat Sekolah Dasar dan Menengah).[1]
Menurut Sardiman, Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.[2]
Menurut Oemar Hamalik, siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping factor guru, tujuan, dan metode pengajaran.[3]
Peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta  sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.[4]
Jadi, pesereta didik adalah komponen yang terdapat pada proses belajar mengajar yang memerlukan bimbingan dan arahan.
Sebagai salah satu komponen maka dapat di katakana bahwa murid adalah komponen terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya ia adalah penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.[5]

C.    KARAKTERISTIK SISWA

Karakteristik siswa adalah keseluruhan keseluruhan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Dengan demikian, penentu tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik itu sendiri.
Menurut Sardiman, karakteristik siswa ada 3 hal yang perlu diperhatikan:[6]
1.      Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, dan mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
2.      Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial (social cultural).
3.      Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, dan minat.

Menurut Sardiman karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain:
a.       Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan.
b.      Gaya belajar.
c.       Usia kronologi.
d.      Tingkat kematangan.
e.       Spectrum dan ruang lingkup minat.
f.       Lingkungna sosial ekonomi.
g.      Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan.
h.      Intelegensia.
i.        Kelarasan.
j.        Prestasi belajar.
k.      Motivasi.

D.    KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh peserta didik untuk mendapat kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya.  Menurut buku yang ditulis oleh Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu :

1.      Kebutuhan Fisik
            Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan :
1.      peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami masa kanak-kanak
2.      peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan pendidikan formal
3.      peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.
            Pada masa perkembangan ini lah seorang pendidik perlu memperhatikan perubahan dan perkembangan seorang didik. Karena pada usia ini seorang peserta didik mengalami masa yang penuh dengan pengalaman (terutama pada masa pubertas) yang secara tidak langsung akan membentuk kepribadian peserta didik itu sendiri.
           2.      Kebutuhan Sosial
            Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang berhubungan lansung dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti yang diterima teman-temannya secara wajar. Begitu juga supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan berprestasi dalam pendidikan
            Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sosial adalah digunakan untuk memberi pengakuan pada seorang peserta didik yang pada hakekatnya adalah seorang individu yang ingin diterima eksistensi atau keberadaannya dalam lingkungan masyarakat sesuai dengan keberadaan dirinya itu sendiri.
      3.    Kebutuhan Untuk Mendapatkan Status
            Kebutuhan mendapatkan status adalah suatu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mendapatkan tempat dalam suatu lingkungan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik terutama pada masa pubertas dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap kemandirian, identitas serta menumbuhkan rasa kebanggaan diri dalam lingkungan masyarakat.
            Dalam proses memperoleh kebutuhan ini biasanya seorang peserta didik ingin menjadi orang yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang benar-benar berguna dan dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.
4.      Kebutuhan Mandiri
            Ketika seorang peserta didik telah melewati masa anak dan memasuki masa keremajaan, maka seorang peserta perlu mendapat sikap pendidik yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan karena ketika peserta telah menjadi seorang remaja, dia akan memiliki ambisi atau cita-cita yang mulai ditampakkan dan terfikir oleh peserta didik, inilah yang akan menuntun peserta didik untuk dapat memilih langkah yang dipilih. Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik, karena ketika seorang peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat daya kreatifitas dan kepercayaan diri untuk berkembang.
5.      Kebutuhan Untuk Berprestasi
            Untuk mendapatkan kebutuhan ini maka peserta didik harus mampu mendapatkan kebutuhan mendapatkan status dan kebutuhan mandiri terlebih dahulu. Karena kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan kebutuhan berprestasi. Ketika peserta didik telah mendapatkan kedua kebutuhan tersebut, maka secara langsung peserta didik akan mampu mendapatkan rasa kepercayaan diri dan kemandirian, kedua hal ini lah yang akan menuntutnun langkah peserta didik untuk mendapatkan prestasi.
6.      Kebutuhan Ingin Disayangi dan Dicintai          
            Kebutuhan ini tergolong sangat penting bagi peserta didik, karena kebutuhan ini sangatlah berpengaruh akan pembentukan mental dan prestasi dari seorang peserta didik. Dalam sebuah penelitian membuktikan bahwa sikap kasih sayang dari orang tua akan sangat memberikan mitivasi kepada peserta didik untuk mendapatkan prestasi, dibandingkan dengan dengan sikap yang kaku dan pasif malah akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan sikap mental peserta didik.
7.      Kebutuhan Untuk Curhat
            Ktika seorang peserta didik menghadapi masa pubertas, mereka seorang peserta didik tersebut tengah mulai mendapatkan problema-probelama keremajaan. Kebutuhan untuk curhat biasanya ditujukan untuk mengurangi beban masalah yang dia hadapi. Pada hakekatnya ketika seorang yang tengah menglami masa pubertas membutuhkan seorang yang dapat diajak berbagi atau curhat. Tindakan ini akan membuat seorang peserta didik merasa bahwa apa yang dia rasakan dapat dirasakan oleh orang lain.
8.      Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafat Hidup
            Pada hakekatnya seetiap manusia telah memiliki filsafat walaupun terkadang ia tidak menyadarinya. Begitu juga dengan peserta didik ia memiliki ide, keindahan, pemikiran, kehidupan, tuhan, rasa benar, salah, berani, takut. Perasaan itulah yang dimaksud dengan filsafat hidup yang dimiliki manusia.
            Karena terkadang seorang peseta didik tidak menyadari akan adanya ikatan filsafat pada dirinya, maka terkadang seorang peserta didik tidak menyadari bagaimana dia bisa mendapatkannya dan bagaimana caranya. Filsafat hidup sangat erat kaitannya dengan agama, karena agama lah yang akan membimbing manuasia untuk mendapatkan dan mengetahui apa sebenarnya tujuan dari filsafat hidup. Sehingga tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama.
E.     FAKTOR ANAK DIDIK DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN

Secara global factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni[7]:

1.      Faktor internal
Faktor internal (factor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari siswa meliputi dua aspek yaitu:
a.       Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengar dan indra penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya disajikan dikelas.

b.      Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)
Factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Intelegensi siswa 
Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikofisik sebagai rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.[8] Jadi intelegeni bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) sisiwa tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2)      Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cra yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secarra positif ataupun negative. Sikap siswa yang positif terhadap suatu mata pelajaran merupakan petanda awal yang baik bagin proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negative terhadap suatu mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa.

3)      Bakat siswa
Secara umun bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa akan datang.[9] Dengan demikian sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

4)      Minat siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu.

5)      Motivasi sisiwa
Motivasi adalah keadaan iternal orgaanisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: (1) motivasi intrinsik ( hal dan keadaaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar). (2) motivasi ekstrinsik ( hal dan keadaaan yang datang dari luar individu yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar).[10]

2.      Factor eksternal

Factor eksternal siswa terdiri atas 2 macam yakni:
a.       Lingkungan sosial
Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)      Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
2)      Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut.

b.      Lingkungan Nonsosial
Factor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, damn waktu belajar yang digunakan siswa.

3.      Factor pendekatan belajar
Disamping factor internal dan eksternal siswa, factor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. 


F.      KESIMPULAN
1.      Peserta didik adalah adalah komponen yang terdapat pada proses belajar mengajar yang memerlukan bimbingan dan arahan.
2.      Karakter peserta didik dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
3.      Kebutuhan peserta didik diantaranya : kebutuhan fisik, sosial, mendapatkan status, mandiri, berprestasi, dicintai dan disayangi, untuk curhat dan memiliki filsafat hidup.
4.      Factor yang mempengaruhi belajar siswa ada tiga, yaitu: factor internal, eksternal dan pendekatan belajar

Daftar Pustaka
Tim Redaksi, 2007,  KBBI, Jakarta : Balai Pustaka
Sardiman A. M, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press
Hamalik, Oemar, 2011, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
Muhibinsyah, 2010, Psikologi Pendidikan, edisi revisi, Bandung:rosda karya




[1] Tim Penyusun KBBI,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),  cet ke-3, hlm 1077
[2] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007), hlm 111
[3] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet ke 13, hlm 99
[5]Oemar Hamalik. Op.cit, hlm 100
[6] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2007), hlm 120
[7] Muhibinsyah, psikologi pendidikan, edisi revisi (bandung: rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm 129
[8] Reber, 1988 dalam Muhibinsyah, psikologi pendidikan, edisi revisi (bandung: rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm 131
[9] Chaplin, 1972; reber 1988, dalam Muhibinsyah, psikologi pendidikan, edisi revisi (bandung: rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm 133
[10] Muhibinsyah, psikologi pendidikan, edisi revisi (bandung: rosdakarya, 2010), cet ke-3, hlm  134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar