Rabu, 20 November 2013

JENIS-JENIS INSTRUMEN EVALUASI


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Pembelajaran tingkat satuan pendidikan merupakan wujud pelaksanaan kurikulum tigkat satuan pendidikan yang mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistam yang terdiri dari beberapa unsur yang sistematis yaitu masukan, proses dan keluaran atau hasil. Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakterisitik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakterisitik dan kesiapan pendidik, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan stratategi pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara belajar peserta didik. Eveluasi pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan instrument-instrument evaluasi dapat berupa tes dan nontes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik.

B.     RUMUSAN M ASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi pembelajaran?
2.      Apasaja yang termasuk jenis-jenis instrumen evaliasi pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN INSRTUMEN
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.

B.     JENIS-JENIS INSTRUMEN EVALUASI
Jenis instrumen evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      TES
Menurut Sudijono dalam Djali dan Muljono (2008), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Tes sebagai alat penilaian pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.

Tes dapat dibagi menjadi dua, yaitu[1]:
a.       Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
Bentuk-bentuk tes tertulis, diantaranya[2]:
1)      Tes objective
Macam-macam tes objective:
a)      Pilihan ganda
b)      Benar-salah
c)      Menjodohkan
d)     Melengkapi

2)      Tes subjective
Macam-macam tes subjektif:
a)      Jawaban singkat
b)      Uraian objektif
c)      Uraian bebes

b.      Tes lisan, yakni tes dimana tester didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dialkukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan juga.

2.      NON TES
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Cara nontes yaitu pengamatan/observasi, wawancara/interview, angket, dan pemeriksaan dokumen[3].

Bentuk-bentuk non tes:
a.       Pengamatan
Pengertian observasi menurut Anas Sudijono adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

b.      Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan serata tujuan yang telah ditentukan[4].
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1)      Wawancara terpimpin (guided interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview).
2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview)

c.       Angket
Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis.

d.      Pemeriksaan dokumen
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkapbagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya[5]











BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
1.      Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable.
2.      Jenis-jenis instrument evaluasi pembelajaran:
a.       Tes
Bentuk bentuk tes:
1)      Tes lisan
2)      Tes tertulis
b.      Non tes
Bentuk-bentuk non tes:
1)      Pengamatan
2)      Wawancara
3)      Angket
4)      Pemeriksan dokumen









Daftar Pustaka
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006)
Abdul Majjid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung:Rosda Karya, 2006) cet. Ke 6, hlm. 196-199
http://eduklinik.info/2011/03/30/instrumen-non-tes/,  diakses 20 november 2013 jam 10.00



[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006) hlm. 68-75

[2] Abdul Majjid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung:Rosda Karya, 2006) cet. Ke 6, hlm. 196-199
[3] http://eduklinik.info/2011/03/30/instrumen-non-tes/,  diakses 20 november 2013 jam 10.00

[4] Anas Sudijono, Op. Cit, hlm. 76

Selasa, 29 Oktober 2013

PERENCANAAN


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setap kegiatan organisasinya, baik perencanaan produksi, perencanaan karyawan baru, program penjualan produk baru, maupun perencanaan anggarannya. Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan prosesproses perencanaan.
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan di masyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutma dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen-elemen tertentu dari proses perencanaan dan proses yang sangat berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kemudian memperkenalkan konsep perencanaan dan menyajikan sejumlah pendekatan untuk mengefektifkan perencanaan dari berbagai jenis.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu:
  1. Apa pengertian perencanaan ?
  2. Apa saja fungsi perencanaan?
  3. Bagaimana kriteria perencanaan yang baik?
  4. Bagaimana proses perencanaan?
  5. Apa saja jenis- jenis perencanaan ?
  6. Hambatan apa saja yang ada dalam perencanaan?
  7. Apasaja langkah-langkah perencanaan pengembangan lembaga pendidikan islam?














BAB II
PEMBAHASAN

FUNGSI PERENCANAAN

A.    Pengertian Perencanaan
Pengertian perencanaan menurut Burhanuddin, dkk. (2002) adalah suatu kegiatan yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus dilakukan. Langkah- langkah, metode-metode, pelaksanaan tenaga yang dibutuhkan untuk melenggarakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan. Sondang P Siagian (1986) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap hal-hal yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan menurut A. Kauffman  (1972) merupakan proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefesien mungkin.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah rangkaian kegiatan ynag diambil untuk melakukan tindakan pada masa yang akan datang. Perencanaan adalah sasaran untuk bergerak dari keadaan masa kini kesuatu keadaan dimassa yang akan datang sebagai suatu proses yang menggambarkan kerja sama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Dalam manajemen pendidikan islam hendaknya memperhatikan perencanaan, karena perencanaan merupakan awal dari segala aspek yang akan dilakukan dalam menejemen pendidikan islam, selain langkah awal perencanaan merupakan aktifitas untuk memilih berbagai alternative tindakan yang kesemua itu bermuara kapada suatu target yang harus dicapai.



B.     Fungsi Perncanaan
Perencanaan mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
1.      Perencanaan memberi arah mengenai bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut.
2.      Perencanaan merupakan titik tolak untuk memulai kegiatan dan akan lebih menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
3.      Perencanaan merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan. Dengan menentukan langkah-langkah lebih dahulu, kita akan mengeahui apa yang akan kita kerjakan.
4.      Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang baik.
5.      Perencanaan mencegah, sedikitnya mengurangi pemborosan, baik berupa pemborosan waktu, tenaga, maupun material.
6.      Perencanaan membantu menghindari kesalahan dalam usaha.
7.      Perencanaan memudahkan pengawasan. Dengan adanya rencana yang menggariskan dan menentukan langkah- langkah yang harus dikerjakan, petugas pengawasan dapat lebih mengikutinya dan mengawasinya
8.      Dengan adanya perncanaan dapat diperoleh tindakan yang tepat dan terkoordinasi.

C.     Kriteria perencanaan yang baik
Afifuddin (dalam M. Sobry Sutikno, 2007) menjelaskan bahwa perencanaan yang baik harus dapat memberikan jawaban terhadap konsep pertanyaan yang dirumuskan dalam 6 pertanyaan:
a.       What (apa), menanyakan tujuan, rencana, dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b.      Why (mengapa), menanyakan sebab-sebab mengapa jenis kegiatan itu harus dilaksanakan.
c.       Where (dimana), menanyakan hal yang berhubungan dengan loksi atau tempat rencana itu akan dilaksanakan.
d.      When (kapan), menanyakan yang berhubungan dengan waktu rencana itu akan dilaksanakan. Hal ini mencangkup prioritas, fase- fase pencapaian, bahkan jangka pencapaian suatu rencana.
e.       Who (siapa), menyanakan orang yang akan bertanggung jawab, yang akan melaksanakan dan yang akan mengawasi.
f.       How (bagaimana) cara melaksanakan kegiatan- kegiatan itu, mencangkup sistem dan tata kerja, standar yang harus dipenuhi, iklim disekitar lokasi, dan pembiyayaan.

D.    Proses Perencanaan
M. Rifa’I (1987) menemukakan dua tahapan dalam proses perencanaan yaitu:
1.      Tahap persiapan
Tahapan persiapan ini meliputi tiga bagian, yaitu:
a.       Pengumpulan data, perencanaan harus berdasarkan fakta serta kenyataanyang riil dan objektif, yang akan dijadikan titik tolak permulaan.
b.      Analisa data, semua data yang telah didapat dianalisis, dibanding- bandingkan untuk dapat mengetahui sebab- sebab dari ksulitan dan hambatan-hambatan yang dirasakan.
c.       Mengadakan forecasting, setelah terkumpul hasil analisa data sebanyak- banyaknya, maka diadakanlah seleksi, kemungkinan manakah yang sekiranya paling sesuai dengan keadaan yang akan datang.
2.      Tahapan penyusunan
Tahapan penyusunan ini meliputi tiga bagian:
a.       Perumusan tujuan, pertama dirumuskan terlebih dahulu tujuan secara umum, yang dapat menggambarkan secara keseluruhan tujuan akhir yang akan dicapai.
b.      Penentuan cara atau metode kerja. Dengan tujuan- tujuan yang jelas dan terinci, selanjutnya kita dapat menetukan metode-metode yang sekiranya paling baik untuk mencapai tujuan tersebut.
c.       Menyusun dan menuangkan rencana dalam suatu bentuk atau wadah. Jika sudah lengkap terkumpul bahan- bahan mengenai tujuan yang akan dicapai, alasan- alasan mengapa harus tercapai tujuan itu, teknik atau metode pelaksanaanya, maka disusunlah semua itu dalam bentuk yang sistematis.

E.     Jenis- jenis perencanaan
Nanang Fattah (dalam M. Sobry Sutikno, 2007) memberi jenis-jenis perencanaan pendidikan dalam tiga bagian, yaitu:
1.      Menurut besarnya
a)      Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai, dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional.
b)      Perencanaan meso, kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kenudian dijabarkan kedalam program-program yang bersekala kecil. Pada tingkatan ini perencanaan sudah lebih operasonal.
c)      Perencanaan mikro, diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat meso.
2.      Menurut tingkatannya
Menurut tingkatannya, perencanaan dibagi menjadi dua yaitu:
a)      Perencanaan Strategik (Renstra)
Perencanaan strategik disebut juga perencanaan jangka panjang. Menurut R.G. Murdick J.E.Ross (1983) dalam Nanang Fattah (2004) diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai masa depan.
Langkah- langkah penyusunan rencana strategik, yaitu:
(a)    Analisis keadaan sekarang dan akan datang
(b)   Identifikasi kekuatan dan kelemahan lembaga
(c)    Memepertimbangkan norma- norma
(d)   Identifikasi kemungkinan dan resiko
(e)    Menentukan ruang lingkup hasil dan kebutuhan masyarakat
(f)    Menilai faktor- faktor penunjang
(g)   Merumuskan tujuan dan kriteria keberhasilan
(h)   Menetapkan penataan distribusi, sumber- sumber
b)      Perencanaan Koordinatif (Managerial)
Perencanaan ini ditunjukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan koordinatif biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik.
c)      Perencanaan operasional
Perencanaan ini memusatkan perhatian pada yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana strategi. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana suatu program khusus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain
yang ditetapkan secara jelas.

3.      Menurut waktunya
Dilihat dari sisi waktunya, perencanaan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.       Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakn dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana operasional.
b.      Perencanaan jangka menengah, mencangkup kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun.
c.       Perencanaan jangka panjang, meliputi cangkupan waktu diatas 10 tahun sampai 25 tahun.

F.      Karakteristik Perencanaan
Menurut Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin (2007) menejaskan bahwa karakteristik perencanaan pendidikan yang baik, yaitu:
1.      Perencanaan pendidikan harus mengutamakan nilai- nilai manusiawi karena pendidikan itu membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
2.      Perencanaan pendidikan harus dapat memeberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik seoptimal mungkin.
3.      Perencanaan pendidikan harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua anak didik
4.      Perencanaan pendidikan harus komperhensif dan sistematis dalam arti tidak parsial tetapi menyeluruh, terpadu serta disusun secara logis dan rasional serta mencangkup berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
5.      Perencanaan pendidikan haruslah berorientasikan kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi masa depan.

G.    Faktor- faktor yang menghambat dalam membuat suatu perencanaan
Dalam membuat suatu perencanaan, orang menghadapi berbagai hambatan. Hambatan- hambatan tersebut diantaranya:
a.       Kesulitan dalam meramalkan
b.      Kesulitan dalam pembiayaan
c.       Kesulitan dalam memperoleh data dan informasi
d.      Kurang jelasnya tujuan

H.    Perencanaan Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Dalam kaitannya dengan perencanaan pengembangan lembaga pendidikan islam, menurut Baharuddin (2010), dapat dilakukan beberapa langkah, yaitu:
1.      Mengkaji kebijakan yang relevan. Pengembangan lembaga pendidikan islam tidak boleh bertentangan dengan kebijakan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Misalnya dengan penggunaan kurikulum, penetapan kelulusan peserta didik.
2.      Menganalisis kondisi lembaga. Langkah ini digunakan untuk mengetahui keadaan, kekuatan, kelemahan, kekurangan lembaga untuk kemudian dicari jalan keluar yang tepat.
3.      Merumuskan tujuan pengembangan. Berdasarkan kebijakan yang berlaku dan analisis kondisi lembaga, selanjutnya harus dirumuskan tujuan pengembangan, baik tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah maupun tujuan jangka panjang.
4.      Mengumpulkan data dan informasi. Data yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, yakni seluruh komponen yang berkaitan dengan pencapaian tujuan. Misalnya SDM, sarana prasarana.
5.      Menganalisis data dan informasi. Data dan informasi yang terkumpul harus dianalisis secara komprehensif. Dalam analisis ini dicoba ditafsirkan hubungan antara komponen dalam usaha pencapaian tujuan.
6.      Merumuskan dan memilih alternatif program. Berdasarkan analisis kemudian perlu dikembangkan beberapa alternatif program atau kegiatan untuk mencapai tujauan yang ditetapkan.
7.      Menetapkan langkah- langkah kegiatan pelaksanaan. Sebelum dilaksanakan alternatif program yang dipilih, perlu dilakukan penjabaran secara terperinci, sampai pada tahap- tahap pelaksanaannya.


















BAB III
KESIMPULAN


A.    Perencanaan adalah rangkaian kegiatan ynag diambil untuk melakukan tindakan pada masa yang akan datang. Perencanaan adalah sasaran untuk bergerak dari keadaan masa kini kesuatu keadaan dimassa yang akan datang sebagai suatu proses yang menggambarkan kerja sama untuk mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh.

B.     Fungsi Perncanaan

1.      Perencanaan memberi arah mengenai bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut.
2.      Perencanaan merupakan titik tolak untuk memulai kegiatan dan akan lebih menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
3.      Perencanaan merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan. Dengan menentukan langkah-langkah lebih dahulu, kita akan mengeahui apa yang akan kita kerjakan.
4.      Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang baik.
5.      Perencanaan mencegah, sedikitnya mengurangi pemborosan, baik berupa pemborosan waktu, tenaga, maupun material.
6.      Perencanaan membantu menghindari kesalahan dalam usaha.
7.      Perencanaan memudahkan pengawasan. Dengan adanya rencana yang menggariskan dan menentukan langkah- langkah yang harus dikerjakan, petugas pengawasan dapat lebih mengikutinya dan mengawasinya
8.      Dengan adanya perncanaan dapat diperoleh tindakan yang tepat dan terkoordinasi
C.     Kriteria perencanan yang baik adalah memenuhi enam pertanyaan mendasar yaitu : what, why, where, who, whene, how
D.    Ada dua tahapan dalam proses perencanaan, yaitu:
1.      Tahap persiapan
2.      Tahap penyusunan
E.     Jenis-jenis perencanaan:
1.      Menurut besarnya
a.       Makro
b.      Meso
c.       mikro
2.      menurut tingkatannya
a.       strategik
b.      kooperatif
c.       oprasional
3.      menurut waktunya
a.       jangka pendek
b.      jangka menengah
c.       jangka panjang

F.      Faktor penghambat dalam membuat perencanaan:
a.       Kesulitan dalam meramalkan
b.      Kesulitan dalam pembiayaan
c.       Kesulitan dalam memperoleh data dan informasi
d.      Kurang jelasnya tujuan
G.    Langkah-langkah Perencanaan Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam:
1.      Mengkaji kebijakan yang relevan
2.      Menganalisis kondisi lembaga
3.      Merumuskan tujuan pengembangan
4.      Mengumpulkan data dan informasi
5.      Menganalisis data dan informasi
6.      Merumuskan dan memilih alternatif program
7.      Menetapkan langkah- langkah kegiatan pelaksanaan



DAFTAR PUSTAKA

Sutikno, Sobri, 2012, Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistik.